Menghafalkan Al-Qur’an membutuhkan ke-istiqomahan dan kemauan, bukan mengandalkan kecerdasan intelektual otak semata dan hal itu adalah salah satu mu’jizat dari Al-Qur’an dimana Al Qur’an itu mudah dihafal, mudah dibaca dan mudah dipelajari, tentunya bagi yang mau..
Allah Ta’ala berfirman
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk dijadikan pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran darinya?”
(QS Al Qomar : 17, 22, 32, 40)
Diantara bentuk ke-Mu’jizat-an Al Qur’an adalah
- Pada Qiroat (cara membacanya) dan Makna bacaannya berupa hukum-hukum syari’at dan hikmah pelajaran bagi manusia
Allah Ta’ala berfirman
ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَتْلُونَهُۥ حَقَّ تِلَاوَتِهِۦٓ أُو۟لَٰٓئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِۦ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ
“Orang-orang yang telah Kami berikan kepadanya Al Kitab , mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi”
(QS Al Baqarah : 121)
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan
Abu Al-‘Āliyah berkata: Ibnu Mas‘ūd berkata,
” Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya membaca (Al-Qur’an) dengan bacaan yang sebenarnya adalah menghalalkan apa yang dihalalkan-Nya, mengharamkan apa yang diharamkan-Nya, membacanya sebagaimana Allah menurunkannya (cara membacanya), tidak mengubah Firman-Nya dari tempat yang seharusnya, dan tidak menafsirkannya dengan sesuatu yang bukan tafsirnya”
Sebagaimana juga dalam Firman-Nya
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِى هَٰذَا ٱلْقُرْءَانِ لِلنَّاسِ مِن كُلِّ مَثَلٍ ۚ وَكَانَ ٱلْإِنسَٰنُ أَكْثَرَ شَىْءٍ جَدَلًا
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang bagi manusia di dalam Al Quran ini dengan berbagai macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah”
(QS Al Kahfi : 54)
Dan juga Firman-Nya
Allah Ta’ala berfirman
إِنَّ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يَهْدِى لِلَّتِى هِىَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus dan juga memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shalih, bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang besar”
(QS Al Isra : 9)
2. Pada letak dimana Al Qur’an tersimpan dalam diri manusia
Apakah kita berpikir , Al Qur’an tersimpan dalam memori otak kita?
……..Tidak……….
Allah Ta’ala berfirman
بَلْ هُوَ ءَايَٰتٌۢ بَيِّنَٰتٌ فِى صُدُورِ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَّا ٱلظَّٰلِمُونَ
“Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim”
(QS Al-Ankabut : 49)
Karena itu , para penghafal Al-Qur’an lebih tepat disebut حامل القرآن (Hamilul Qur’an) : Pembawa Al Qur’an
Hamil berasal dari bahasa Arab artinya mengandung atau membawa
Seorang ibu hamil dia akan membawa kandungannya dalam keadaan apapun, bukan hanya membawa…tapi diapun juga menjaga kandungan nya supaya tetap sehat
Begitulah para “حامل القرآن”
Mereka bukan sekedar menghafal , tapi juga membawa kemanapun hafalannya ketika dia pergi dan menjadi bagian dari hidupnya yang tidak terpisahkan dimana dia selalu menjaga dan merawat apa yang sudah dihafalnya, dan hal itu akan terlihat melalui cerminan cahayanya berupa perilaku, akhlaq dan perbuatannya meskipun dia berusaha menyembunyikannya , sebagaimana layaknya seorang ibu yang sedang hamil..
Contoh terbaik tentu dari Nabi Muhammad ﷺ
Allah Ta’ala berfirman
قُلْ مَن كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيلَ فَإِنَّهُۥ نَزَّلَهُۥ عَلَىٰ قَلْبِكَ بِإِذْنِ ٱللَّهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Katakanlah: “Barang siapa yang menjadikan Jibril itu musuh, maka sesungguhnya Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah, yang membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
(QS Al-Baqarah : 97)
Dan juga Firman-Nya
نَزَلَ بِهِ ٱلرُّوحُ ٱلْأَمِينُ
“(Al Qur’an) dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)”
عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ ٱلْمُنذِرِينَ
“Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan”
(QS Asy-syu’ara : 194)
Dalam Tafsir Muyassar disebutkan
“..dia (jibril) membacakannya kepadamu wahai Rasul hingga menancap dihatimu dalam bentuk hafalan dan pemahaman”
Dalam sebuah Hadits yang panjang diriwayatkan bahwa Sa’ad bin Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada ‘Aisyah Radhiyallahu Anha,
فَقُلتُ : يَا أُمَّ المُؤمِنِينَ ! أَنبئِينِي عَن خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَت : أَلَستَ تَقرَأُ القُرآنَ ؟ قُلتُ : بَلَى .قَالَت : فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ كَانَ القُرآنَ .قَالَ : فَهَمَمْتُ أَن أَقُومَ وَلَا أَسأَلَ أَحَدًا عَن شَيْءٍ حَتَّى أَمُوتَ …الخ رواه مسلم (746)
“Wahai Ummul Mukminin, beritahulah aku tentang akhlak Rasulullah ﷺ”
Aisyah bertanya, ‘Bukankah engkau membaca Al-Qur’an?”
Aku menjawab, “Ya.”
Ia berkata, “Sesungguhnya akhlak Nabi ﷺ adalah Al-Qur’an.”
Kemudian aku hendak berdiri dan tidak bertanya kepada siapapun tentang apapun hingga aku mati…”
(HR. Muslim no. 746)
Demikianlah Al Qur’an terpatri dalam hati Rasulullah ﷺ dan beliau membawa Al Qur’an dalam hatinya itu kemanapun dan cahaya Al Qur’an itu terpancar dari diri Rasulullahﷺ dalam bentuk Akhlaqnya yang mulia
Karena itu mulailah menghafalkan Al-Qur’an berapapun usia kita, apapun profesi kita, tidak perlu mengejar target, yang penting menghafal sampai terpatri dalam hati kita satu ayat demi satu ayat
Kalau ada kesulitan dalam menghafal, maka baca dan pahami arti ayat yang sedang kita hafalkan, kemudian perbaiki niat, akhlaq dan ibadah kita, kemudian coba hafalkan kembali, ulangi lagi dan begitu seterusnya sampai kita bertemu dengan Allah Ta’ala..
Hadits dari Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu Anhu berikut mungkin bisa menjadi renungan sekaligus motivasi
Nabi ﷺ bersabda
يقالُ لصاحِبِ القرآنِ اقرَأ وارتَقِ ورتِّل كما كُنتَ ترتِّلُ في الدُّنيا فإنَّ منزلتَكَ عندَ آخرِ آيةٍ تقرؤُها
“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti :
“Bacalah dan naiklah serta tartilkanlah sebagaimana engkau di dunia dulu membacanya dengan tartil, Karena kedudukanmu (di surga) adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).”
(HR Abu Daud no. 1464, At Tirmidzi no. 2914)
Karena itu, bila muncul keinginan dalam hati kita untuk menghafalkan ayat-ayat Nya, maka itu adalah sebuah permulaan yang sangat baik
Namun tentunya, sebelum masuk tahap menghafal ada syarat yang harus dilalui terlebih dahulu yaitu mampu membaca Al Qur’an dengan tajwid yang benar dan itu merupakan salah satu Mu’jizat Al Qur’an yang tidak akan bisa diserupakan dengan apapun. Maka ketika kita belum mampu membaca Al Qur’an dengan tajwid yang benar
maka percayalah…
kita tidak akan mampu menghafal dan menyimpannya dalam relung hati kita
Wallahu a’lam
Baca juga : Pentingnya mempelajari Sirah Nabawiyah
Maraji’ :
- Tafsir Ibnu Katsir
- Tafsir Al Muyassar
- Penomoran Hadits diambil dari : https://dorar.net/hadith/sharh/116139
Baca juga : Apa itu BTKV ?